Universitas Negeri Jember (UNEJ ) Gandeng Forkopimda Atasi Persoalan Banjir Di Jember.
JEMBER –PN, Hujan deras yang bisa dikatakan tiap hari turun di Kabupaten Jember, mengakibatkan air sungai di DAS Bedadung dan DAS Mayang meluap mengakibatkan sejumlah wilayah teredam banjir yang cukup besar hingga masuk ke pemukiman warga.
Menyikapi masalah tersebut Universitas Jember menggandeng beberapa pihak untuk berperan aktif menyelesaikan persoalan tersebut, diantaranya adalah menggandeng FORKOPIMDA yang diwujudkan dengan penanaman Pohon atau Reboisasi di Lahan Taman Nasional Meru Betiri yang terletak di Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember (6/2/2021).
Acara ini dihadiri Dr. Ir. Iwan Taruna, M.Eng., IPM., Rektor Universitas Jember, Maman Surahman, S.Hut., M.Si. Kepala Balai Taman Nasional Meru Betiri, AKBP Arif Rahman Arifin SIK., MH. Kapolre Jember, Letkol Inf Laode M Nurdin Komandan Kodim 0824 Jember serta para perangkat desa di wilayah Wonoasri.
Tidak hanya itu, Universitas Jember juga menurunkan tenaga ahlinya untuk membantu memulihkan ekosistem yang saat ini berada di lahan Taman Nasional Merubetiri. Rektor Universitas Jember, Dr.Ir. Iwan Taruna, M.Eng, IPM menyampaikan sudah sejak lama Universitas Jember bekerjasama dengan Taman Nasional Meru Betiri. Kerjasama ini diwujudkan dalam bentuk mitigasi lingkungan dan perbaikan ekonomi masyarakat seperti pembuatan batik khas Merubetiri, budidaya angkrang dan pembuatan pakan ternak. “Kami ingin desa yang ada di area taman nasional diberdayakan, dalam artian mencari alernatif atau mencarikan mata pencarian masyarakat desa sekitar merubetiri agar tidak mengganggu kawasan hutan taman nasional,” ungkapnya.
Advertisments
“Kami yang merupakan bagian dari Kabupaten Jember, mempunyai personal atau dosen yang relevan dengan pemulihan ekosistem taman nasional merubetiri, kita akan bergerak baik dalam bentuk pengabdian, bahkan kedepan kami berkeinginan lahan Meru Betiri bisa disiapkan sebagai laboratorium alam,” katanya. Iwan taruna berharap apa yang dilakukan sekarang dapat dilakukan secara berkesinambungan.
Dalam kesempatan yang sama Maman Surahman, S.Hut., M.Si. Kepala Balai Taman Nasional Meru Betiri mengatakan, dirinya sengaja melakukan reboisasi ini dengan tujuan ekologi disatu sisi dan ekonomi di sisi lain tujuan akhir untuk melestarikan hutan sebagai penyangga.
Menanggapi persoalan banjir yang terjadi di lereng Meru Beriti dirinya membenarkan bahwa hutan sebagai penyangga atau penahan air saat musim hujan sekarang tidak terjadi run off untuk menekan banjir. “Dibeberapa tempat terutama di tiga desa yaitu Wonoasri, Curah Nongko dan Andungrejo ini merupakan wilayah yang penutupan lahannya mulai berkurang sehingga kami berupaya memulihkan ekosistem,” ungkapnya. Maman Surahman, S.Hut., M.Si menambahkan sejak tahun 2017 lalu telah diupayakan bagaimana hutan tetap sebagai penyangga penahan air dan hal itu sudah dimulai.
Dr. Luh Putu Suciati, S.P., M.P. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jember yang turun dalam acara Reboisasi lahan Taman Nasional Meru Betiri mengatakan bahwa tutupan lahan yang ada di Taman Nasional Meru Betiri sudah berkurang, secara umum dirinya mengungkapkan bahwa desa Wonoasri, Curah Nongko dan Andungrejo ini termasuk DAS Mayang “ DAS Mayang itu merupakan wilayahnya Meru Betiri, dari sekian banyak lahan Taman Nasional, luas lahan kritisnya sekitar 2700Ha dan yang sering terjadi adalah pembalakan liar oleh pihak-pihak luar sehingga itulah yang mengakibatkan terjadinya banjir,” ulasnya.
Lanjut Luh Putu Suciati mengatakan, sebanarnya di tiga desa penyangga tersebut sudah dibuatkan tanggul oleh pemerintah. Selain itu masyarakat di tiga desa penyangga tersebut telah membuat desa Tangguh Bencana yang masyarakatnya telah siap dengan bencana dan banjir. “Karena curah hujan yang tinggi, mengakibatkan tutupan lahan di atas tidak bisa mengimbangi curah hujan yang cukup tinggi, jadi memang Wonoasri tiap tahun selalu banjir,” ungkapnya, Ia mejelaskan secara tipologi wilayah Wonoasri seperti mangkok, jika curah hujan tinggi akan menggenang di Wonoasri.
Hal yang mestinya dilakukan adalah memperbaiki drainase, yaitu drainase yang mengalir ke muara, jadi di Bandealit itu merupakan hilirnya dan wonoasri terletak dibagian tengah. “Hulunya ada digunung meru sana, Gunung meru sudah mulai gundul, masyarakat banyak yang menebang pohon mereka banyak menanam tanaman pangan seperti padi dan jagung, itukan kurang kuat akarnya,” katanya.
Laporan : Mujianto