Skip to content

publiknusantara.com

inspirasi berimbang dan pembangunan

Menu
  • Nasional
  • REDAKSI
    • Visi Dan Misi
    • SOP Wartawan
    • Kode Perilaku Jurnalis
  • Provinsi
    • SUMSEL
      • OKUS
      • OKU
      • OKUT
      • Muara Enim
      • Prabumulih
      • PALI
      • OKI
      • MUSI RAWAS
      • MUBA
    • SUMATRA UTARA
    • SUMATRA BARAT
    • KEPRI
    • BENGKULU
    • LAMPUNG
      • WAY KANAN
      • MESUJI
      • PERSAWARAN
    • KALIMANTAN BARAT
    • NUSA TENGARA BARAT
    • NUSA TENGARA TIMUR
  • Hukum & Kriminal
  • Internasional
  • Pedoman Media Siber
  • HUBUNGI KAMI
  • ADVOTERIAL
  • JAWA TIMUR
    • JEMBER
  • Terms of Service
  • Indeks Berita
Menu

Mencipta “ZEITGEIST” Semangat Zaman Kita Sendiri

Posted on September 1, 2022September 3, 2022 by Red

Jember,PN – Bulan Agustus telah lewat, bulan dimana masyarakat Indonesia merayakan euforia kemerdekaan bangsa nya dari rantai penjajahan. Kita banyak berharap semangat kemerdekaan tidak hanya menjadi semangat satu tahunan di bulan agustus.

Pada tahun 2022 terhitung 77 tahun kemerdekaan Indonesia sejak proklamasi dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta di jl. Pegangsaan Timur No.56 Jakarta.

Keseimbangan berlaku sesuai hukum semesta, ada yang bertambah ada yang berkurang, bertambahnya usia Republik bersanding dengan berkurangnya saksi dan pelaku sejarah kemerdakaan.

Mereka sudah banyak berkurang, tersisa sedikit sekali; Orang-orang yang hidup dalam kesulitan dan penderitaan akibat keserakahan-penindasan bangsa lain. Para pahlawan yang bertahan hidup dari kejamnya perang tidak berimbang melawan penjajah, yang membawa pahitnya kenangan sanak saudara meregang nyawa akibat diketahui sebagai keluarga pejuang, juga menerima kenyataan.

Kawan-sahabat-saudara seperjuangannya yang telah banyak melalui suka duka bersama, harus berguguran berkalang tanah tanpa bisa menikmati hasil dari upaya yang sungguh-sungguh mereka perjuangkan, hidup damai sejahtera di alam kemerdekaan Republik Indonesia.

Generasi saksi dan pelaku perjuangan kemerdekaan ini biasa disebut angkatan ’45. Angkatan ’45 ini memiliki tremendum (efek menggetarkan) yang kuat dalam menyampaikan kisah-kisah perjuangannya.

Generasi yang datang setelah perang kemerdekaan lahir di tahun 1950-1960an, mereka mendengar langsung secara tutur dari angkatan ’45 secara spontan kuat tertanam di dadanya nasionalisme, patriotismenya dan membawa “Zeitgeist” (Semangat zaman) untuk mengisi kemerdekaan dengan salah satunya pembangunan  jati diri dan karakter nasional sebagai Bangsa Indonesia.

Semangat zaman untuk pembangunan jatidiri dan karakter nasional terbentuk karena keadaan zaman itu pribumi adalah kelas paling rendah yang rentan didiskriminasi selama puluhan hingga ratusan tahun yang mengakibatkan rendahnya mental bangsa pribumi kala itu.

Maka perlu upaya agar pribumi memulihkan kepercayaan diri nya sebagai bangsa yang pernah besar dimasa lalu sebelum negara Robin Van Persie menyerang.

Berbeda dengan kita yang baru menjadi dewasa di dekade ini, kita harus banyak membaca dan berdiskusi untuk menggali sejarah dan menginternalisasikan nilai-nilai nasionalisme. Kita masih memiliki “PR” dari generasi sebelumnya yang belum benar-benar tuntas menemukan karakter dan kepribadian bangsanya.

Belum lagi tugas kedepan amatlah tidak mudah, harus berhadapan dengan persaingan global dimana banyak bangsa yang lebih siap dan superior dibanding dengan bangsa lainnya.

Kita masih belum selesai dengan persoalan-persoalan persatuan, sebagai contoh sederhana banyak organisasi berpecah di internalnya sendiri menjadi kubu-kubu dan didalam kubu yang sama pun masih ada lagi perasaan “yang paling” diantara sekubunya. Perasaan superioritas organisasi dibanding organisasi lainnya, superioritas suku bangsa dibanding suku bangsa lainnya, superioritas daerah dibanding daerah lainnya, sampai superioritas gang dibanding gang yang lainnya, bahkan dalam satu gang pun ada yang merasa lebih penting dari penghuni gang yang lain.

Inilah mengapa generasi milenial harus menyadari keadaan sekitarnya, menggali akar masalah, menemukan solusi, dan kemudian menjadikannya sebagai “Zeitgeist” atau semangat zaman nya.

Dengan uraian singkat diatas, semangat zaman kaum milenial kedepan mestinya adalah semangat Kohesifitas, atau semangat persatuan. Dimana individu satu dengan yang lainnya saling melekat, setia, dan menguatkan. Begitupun organisasi satu dan organisasi lainnya, harus melihat perbedaan sebagai sebuah fusi untuk menyatukan kekuatan menjadi lebih besar dan berdaya.

Sudah waktunya Indonesia bangkit dan berlari. Dan cara bangkit dan berlari harus dimulai dari semangat kohesi, semangat persatuan.

Banyak tokoh yang beranggapan belum majunya Indonesia dikarenakan usia kemerdekaan kita masih muda, mereka membandingkan dengan kemerdekaan Amerika serikat yang berumur 246 tahun (Merdeka tahun 1776). Lalu bagaimana dengan usia kemerdekaan Singapura yg baru 57 tahun dan lebih maju dibanding kita? Ada jawaban tidak bisa disamakan karena indonesia lebih besar geografinya tentu lebih sulit mengelolanya dibanding singapura. Lalu bagaimana dengan Republik Rakyat China yg baru merdeka 1949, atau 4 tahun lebih muda dan memiliki wilayah yang lebih luas dari Indonesia, mereka jauh menggungguli kita.

Kita tutup dengan bagian akhir dari buku Massa Actie, pada bab bertajuk ”Khayal Seorang Revolusioner” untuk memompa nasionalisme-patriotisme kita. Di situ Tan Malaka antara lain menulis, ”Di muka barisan laskar, itulah tempatmu berdiri… Kewajiban seorang yang tahu keharusan seorang putra tanah tumpah darahnya.” Arif Ramadhany
Ketua KNPI Jember 1 September 2022.

Penulis : Muji/Nung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trulli
Trulli

Kategori

Arsip

  • Oktober 2025
  • September 2025
  • Agustus 2025
  • Juli 2025
  • Juni 2025
  • Mei 2025
  • April 2025
  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Januari 2025
  • Desember 2024
  • November 2024
  • Oktober 2024
  • September 2024
  • Agustus 2024
  • Juli 2024
  • Juni 2024
  • Mei 2024
  • April 2024
  • Maret 2024
  • Februari 2024
  • Januari 2024
  • Desember 2023
  • November 2023
  • Oktober 2023
  • September 2023
  • Agustus 2023
  • Juli 2023
  • Juni 2023
  • Mei 2023
  • April 2023
  • Maret 2023
  • Februari 2023
  • Januari 2023
  • Desember 2022
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022
  • Agustus 2022
  • Juli 2022
  • Juni 2022
  • Mei 2022
  • April 2022
  • Maret 2022
  • Februari 2022
  • Januari 2022
  • Desember 2021
  • November 2021
  • Oktober 2021
  • September 2021
  • Agustus 2021
  • Juli 2021
  • Juni 2021
  • Mei 2021
  • April 2021
  • Maret 2021
  • Februari 2021
  • Januari 2021
  • Desember 2020
  • November 2020
  • Oktober 2020
  • September 2020
  • Agustus 2020
  • Juli 2020
  • Juni 2020
  • September 2017
©2025 publiknusantara.com | Design: Newspaperly WordPress Theme