Skip to content

publiknusantara.com

inspirasi berimbang dan pembangunan

Menu
  • Nasional
  • REDAKSI
    • Visi Dan Misi
    • SOP Wartawan
    • Kode Perilaku Jurnalis
  • Provinsi
    • SUMSEL
      • OKUS
      • OKU
      • OKUT
      • Muara Enim
      • Prabumulih
      • PALI
      • OKI
      • MUSI RAWAS
      • MUBA
    • SUMATRA UTARA
    • SUMATRA BARAT
    • KEPRI
    • BENGKULU
    • LAMPUNG
      • WAY KANAN
      • MESUJI
      • PERSAWARAN
    • KALIMANTAN BARAT
    • NUSA TENGARA BARAT
    • NUSA TENGARA TIMUR
  • Hukum & Kriminal
  • Internasional
  • Pedoman Media Siber
  • HUBUNGI KAMI
  • ADVOTERIAL
  • JAWA TIMUR
    • JEMBER
  • Terms of Service
  • Indeks Berita
Menu

Banyuwangi Melesat, Jember kok Malah Meleset?

Posted on Mei 15, 2023Mei 17, 2023 by Red

Jember,PN – Rendahnya capaian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor wisata Jember, mendandakan bahwa Bupati Jember Hendy Siswanto, tidak mampu mengelola pariwisata dengan optimal. Sebab dengan angka capaian PAD wisata yang hanya 5,33 persen, dari total target Rp 3,2 miliar.

Pegiat media sosia Angak Ho Rully Efendi, menilai kondisi yang demikian karena pemerintah di bawah kepemimpinan Hendy Siswanto, terkesan tidak memiliki blueprint pembangunan pariwisata yang jelas. “Jauh berbeda jika dibandingkan dengan Banyuwangi diawal kepemimpinan Abdullah Azwar Anas,” katanya. 15/05/2023.

Rully menilai ada banyak program sporadis di sektor pariwisata, seni dan kebudayaan, ala Hendy Siswanto. Seperti kata Rully, tentang kebijakan yang tidak bijak di musim lebaran tahun lalu. Dimana tiba-tiba Hendy Siswanto dengan tangan besinya, mengumumkan bahwa selama musim lebaran, empat obyek wisata milik Pemkab Jember digratiskan.

Keempat obyek wisata yang dimaksud, Pemandian Patemon Tanggul, Pemandian Kebun Agung, Pemandian Rembangan dan Pantai Watu Ulo Ambulu. Bahkan, Pantai Papuma yang merupakan aset Perhutani, juga ikutan dipaksa digratiskan. “Kemudian berpolemik. Meski terlambat bersikap, DPRD Jember pun juga ikut menilai kegagalan program wisata gratis,” bebernya.

Bagi Rully, sejak awal program wisata gratis tersebut, kental dengan nuansa kepentingan berburu citra Hendy sebagai bupati. Padahal jika ingin mengikuti jejak sukses Banyuwangi menggarap pariwisatanya, harusnya Hendy lebih serius melakukan kajian ilmiah secara obyektif. “Tidak tiba-tiba mengeluarkan kebijakan yang tidak bijak, bergaya sporadis demikian,” kritiknya.

Semakin membuat Rully menepuk jidat, terbaru tiba-tiba Hendy Siswanto menggelar pawai Ogoh-ogoh bareng Pemkab Jembrana Bali. “Kenapa harus mendatangkan Ogoh-ogoh dari Bali?. Padahal Jember punya pegiat kesenian Ogoh-ogoh yang tak kalah keren, yang ada di Desa Sukoreno Umbulsari,” bebernya.

Kemudian benang kusutnya semakin jelas, yang menjadi pembeda antara Banyuwangi di awal kepemimpinan Abdullah Azwar Anas dengan Jember di bawah kepemimpinan Hendy. “Banyuwangi begitu piawai menghargai pelaku kesenian asli Banyuwangi. Sedangkan Hendy di Jember, tidak memberi ruang beraktualisasi bagi pelaku kesenian dan malah mempersembahkan panggung spektakuler untuk orang lain,” tudingnya.

Tak heran kemudian, jika pelaku kesenian di Jember mengalami kesulitan regenerasi, karena generasi mudanya menilai tidak ada masadepan yang cerah bergerak di jalur seni dan budaya. “Berbeda cerita jika Jember seperti Banyuwangi, yang begitu piawai memberi ruang berkreasi,” imbuhnya.

Rully membeberkan data angka kemiskinan di Banyuwangi, yang semakin membaik sejak era Bupati Anas, yang fokus dan serius menggarap pariwisata. Membaca data di Banyuwangi tahun 2010, angka kemiskinan di kabupaten berjuluk tanah Osing, itu mencapai 20 persen. Namun kemudian, di periode kepemimpinan pertamanya, Anas sukses menekan hingga di angka 9,2 persen.

Berbanding linier dengan pendapatan perkapita Masyarakat Banyuwangi, sebelum dipimpin Anas dan saat Anas memimpin. Bahkan, lonjakannya hingga tembus 70 persen. Mulai yang hanya Rp 14,97 juta pada tahun 2010, naik tajam menjadi Rp 25,5 juta di tahun 2014.

“Sedangkan Jember masih betah bertengger di rangking kedua, dengan angka kemiskinan tertinggi di Jatim. Kemudian apakah salah jika masyarakat menagih janji, kapan wes wayahe mbenahi Jember?,” satirenya.

Pewarta: Mujianto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trulli
Trulli

Kategori

Arsip

  • September 2025
  • Agustus 2025
  • Juli 2025
  • Juni 2025
  • Mei 2025
  • April 2025
  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Januari 2025
  • Desember 2024
  • November 2024
  • Oktober 2024
  • September 2024
  • Agustus 2024
  • Juli 2024
  • Juni 2024
  • Mei 2024
  • April 2024
  • Maret 2024
  • Februari 2024
  • Januari 2024
  • Desember 2023
  • November 2023
  • Oktober 2023
  • September 2023
  • Agustus 2023
  • Juli 2023
  • Juni 2023
  • Mei 2023
  • April 2023
  • Maret 2023
  • Februari 2023
  • Januari 2023
  • Desember 2022
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022
  • Agustus 2022
  • Juli 2022
  • Juni 2022
  • Mei 2022
  • April 2022
  • Maret 2022
  • Februari 2022
  • Januari 2022
  • Desember 2021
  • November 2021
  • Oktober 2021
  • September 2021
  • Agustus 2021
  • Juli 2021
  • Juni 2021
  • Mei 2021
  • April 2021
  • Maret 2021
  • Februari 2021
  • Januari 2021
  • Desember 2020
  • November 2020
  • Oktober 2020
  • September 2020
  • Agustus 2020
  • Juli 2020
  • Juni 2020
  • September 2017
©2025 publiknusantara.com | Design: Newspaperly WordPress Theme